Home » » Kisah Teladan Sahabat Nabi Muhammad Saw

Kisah Teladan Sahabat Nabi Muhammad Saw

DR H Abd Kadir Riyadi, MA 

Rasulullah SAW bersabda : Ro’sul ‘aqli ba’dad diin, at tawaddud ilan naas, wastina’ul ma’ruf, ila kulli birrin wa faajirin (modal hidup orang yang berakal selain agama ada dua, kasih sayang kepada sesama manusia, dan berbuat baik kepada setiap orang, baik kepada orang yang baik maupun kepada orang yang tidak baik). Inilah dua hal yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini.

1, Kasih sayang kepada sesama manusia. Ibnu Umar mengisahkan, yang ditulis kembali oleh Imam Al Ghozali. Suatu hari ada seorang sahabat Rasul yang tergolong miskin, yang serba pas-pasan. Dia baru mendapatkan hadiah dari tetangganya berupa kepala kambing. Hari itu dia dalam keadaan lapar. Sangat manusia sekali misalnya dia berfikir, kepala kambing ini akan saya masak apa, tetapi bukan itu yang terpikir dalam benaknnya. Dia justeru berfikir, siapa tetanggaku, saudaraku, sahabatku yang hari ini lapar dan lebih membutuhkan kepala kambing ini daripada aku. Akan aku berikan kepala kambing ini kepadanya. Maka dia menemukan orang yang dimaksud dan memberikannya kepala kambing ini kepadanya. Sahabat yang kedua yang juga miskin ini, ketika menerima kepala kambing dari sahabat yang pertama ini juga berfikir hal yang sama. Siapa tetanggaku, saudaraku, sahabatku yang hari ini lapar dan lebih membutuhkan kepala kambing ini daripada aku, akan aku berikan ini kepadanya. Dermikianlah, kepala kambing ini diberikan kepada sahabat yang lain yang dipandang lebih membutuhkan. Sahabat yang ketigapun berfikir hal yang sama, sehingga diberikan kepada sahabat yang keempat, sahabat keempat begitu juga, diberikannya kepada sahabat kelima, hingga sahabat yang ketujuh. Sampai sahabat yang ketujuh ini baru memakannya, tetapi tidak dimakan sendirian, namun dimakan bersama-sama dengan sahabat lain yang sama-sama lapar pada hari itu.

Ada kisah lain yang juga disampaikan oleh Ibnu Umar. Yang juga ditulis kembali oleh Imam Al Ghozali. Di mana ada seorang sahabat yang miskin, hutangnya banyak. Satu-satunya harta yang dimiliki adalah anak kambing. Harta satu-satunya yang merupakan pemberian dari tetangganya ini hilang, dicuri orang. Pada hari yang sama, dia mendengar seorang sahabat yang bernama Khoitsamah, sahabat ini juga bernasib sama dengan dia, miskin dan hutangnya banyak. Tanpa berfikir panjang, sahabat yang pertama tadi bekerja keras setiap hari, siang dan malam memeras keringat tak kenal lelah. Tujuannya bukan untuk melunasi hutangnya sendiri, tetapi untuk melunasi hutang Khoitsamah tanpa sepengetahuannya.

Dua kisah di atas adalah sebagai perwujudan makna surah Al Fath : 29. Yang maknanya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Inilah makna kasih sayang, yakni mementingkan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan diri sendiri. Walaupun itu halal sekalipun.

2. Berbuat baik kepada orang yang berbuat baik, maupun kepada orang yang tidak baik. Makna Ruhamaa’ bainahum (berkasih sayang sesama mereka) surah Al Fath : 29 menurut Ibnu Abbas berarti al yad’u shoolihuhum liththoolihihim wa an yad’u thoolihuhum lishshoolihihim. (dengan sesama orang muslim saling mendoakan, yang sholih mendoakan yangtidak sholih, yang tidak sholih mendoakan yang sholih). Ketika yang tholih bertemu dengan yang sholih hendaknya dia berdoa : Allahumma baarik lahu fiima qasamta lahu minal khoir wa tsabithu ‘alaihi wan fa’anaa bihi. (Ya Allah, berkahilah kebaikan yang Engkau berikan dan tetapkan ia dalam kebaikan itu, danberikanlah manfaat kepada kami atas kebaikan yang telah ia lakukan). Yang sholih jika ketemu dengan yang tholih, hendaknya dia mendoakan : Allahummahdihi wa tub ‘alaihi waghfir lahu ( Ya Allah berilah dia hidayah, dan berilah dia jalan untuk bertaubat, dan ampunilah dosa-dosanya).

Inilah gambaran sebuah masyarakat yang ingin dibangun oleh Rasulullah SAW dan sungguh telah diamalkan oleh para sahabat pada eranya. Yakni : pertama, masyarakat yang berlandaskan pada agama. Kedua, masyarakat yang cinta kasih kepada sesama. Mementingkan kepentingan orang lain, mengesampingkan kepentingan diri sendiri. Ketiga, berbuat baik kepada semua orang. Baik yang jahat, maupun yang baik.

Inilah yang patut kita contoh, dan kemudian kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Marilah kita bedakan manusia dengan perbuatannya. Seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an surah AsySyu’araa’ : 216, di mana Al Qur’an membedakan antara pelaku dan prilaku. Makna surah tersebut adalah : jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah: "Sungguh aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan";

Al Qur’an mengatakan “perbuatanmu”, tidak mengatakan tidak ada urusan dengan “kamu”. Ini bisa kita fahami bahwa Al Qur’an membedakan antara manusia sebagai manusia dan manusia dengan perbuatannya. Orang yang perbuatannya buruk, maka dalam pergaulan, cinta kasih, hendaknya tidak mempermasalahkan perbuatannya. Apakah dengan perbuatan buruknya akan berdampak dia masuk neraka, atau tidak, itu urusan dia, tetapi mari kita melihat dia sebagai manusia, tetapi tidak melihat apa yang telah dia lakukan.

Inilah methode Rasulullah SAW dalam bergaul dengan sesama manusia. Beliau selalu merangkul semua orang dengan bermacam latar belakangnya. Baik yang baik, maupun yang tidak baik. Karena beliau membedakan manusia sebagai manusia, yang berhak untuk dihormati, berhak untuk dihargai, berhak untuk dijunjung dan membedakan manusia dengan perbuatannya. Dia mencuri urusan dia dengan polisi, dan itu urusan dia, tetapi bahwa dia manusia kita harus hargai. Kita harus menghormati manusia sebagai manusia, terlepas dari latar belakangnya, agamanya, perbuatannya, warna kulitnya. Mereka berhak dihormati, berhak dilindungi harta dan keyakinannya.


Banyak ayat dan hadits tentang kasih sayang terhadap sesama, di antaranya sebagai berikut :

1. “Amal perbuatan yang paling disukai Allah sesudah yang fardhu (wajib) ialah memasukkan kesenangan ke dalam hati seorang muslim.” (HR. Ath-Thabrani). Seorang muslim hendaknya menyenangkan hati sesama saudaranya. Menyenangkan hati mempunyai makna yang luas, dan termasuk di dalam bentuk kasih sayang.

2. “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya dia segera memperbaikinya.” (HR. Bukhari). Jika kita menyayangi seseorang, maka kita akan berusaha untuk menghalangi (atau memperbaiki) aibnya.

3. “Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, yaitu berzikir kepada ALLOH dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan (menasihati) satu sama lain, dan menyantuni saudara-saudaranya (yang memerlukan).” (HR. Ad-Dailami) Poin terakhir, yakni menyantuni (memberi pertolongan) saudara2 yg memerlukan, jelas sekali bukti bahwa Islam itu mengajarkan kasih sayang.

4. “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya).” (HR. Muslim) Salah satu bentuk kasih sayang adalah tidak ingin mengecewakan orang yg kita cintai dan sayangi.

5. “Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai segala sesuatu bagi saudaranya sebagaimana yang dia cintai bagi dirinya.” (HR. Bukhari) Ini adalah hadits yg sudah sedemikian terkenal, dan sangat jelas, bahwa Islam mengajarkan kasih sayang!

6. “Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling cinta kasih dan belas kasih seperti satu tubuh. Apabila kepala mengeluh (pusing) maka seluruh tubuh tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim) Ini juga salah satu hadits yg seringkali dijadikan sandaran bahwa Islam mengajarkan kasih sayang.

7. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.” (Al Isra :24) Ayat Al Qur’an ini menjelaskan tentang kasih sayang kita kepada orang tua kita.

8. “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An Nuur :22)

Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang diberi kelebihan (terutama di bidang materi) hendaknya membantu saudara2nya yang kekurangan.

Dari hadits-hadits dan ayat-ayat di atas, kita bisa melihat bahwa bentuk kasih sayang yang diajarkan Islam kepada para pemeluknya bersifat universal. Berlaku untuk semua manusia, semua golongan. Namun, tentu saja kaum muslim, sebagai saudara seiman mempunyai prioritas yang lebih tinggi, terutama jika saudara seiman tersebut posisinya dekat dengan kita. Tetangga satu RT, tetangga satu RW, bahkan dalam satu negara pun, saudara seiman mempunyai hak untuk diprioritaskan. Bahkan jika kita mau telaah lebih lanjut, kasih sayang yang ‘mesti’ dilakukan oleh seorang muslim tidaklah melulu kepada sesama manusia, namun juga kepada makhluk-makhluk lain sebagai ciptaan Allah SWT. Seperti jika hendak menyembelih hewan, kita diperintahkan untuk menggunakan pisau yang sangat tajam, tujuannya tidak lain agar hewan tersebut tidak tersiksa terlalu lama, menderita kesengsaraan karena rasa sakit disembelih oleh senjata yg tumpul. Demikian wallahu’alam 


0 komentar:

Posting Komentar